PEKANBARU, TanahIndonesia.id - Dalam beberapa hari ini,Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan menjadi sorotan masyarakat di Pekanbaru.
Pasalnya AN (19) salah satu pasien RSJ Tampan ditemukan meninggal diduga bunuh diri yang terjadi pada hari Pada Jumat (25/4/25)
Fiil Kunto salah satu keluarga almarhum N saat ditemuai sejumlah awak media di Polresta Pekanbaru,menjelaskan dimana sebelumnya almarhum AN dibawa orang tuanya ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan pada Senin (21/4/2025), untuk berobat karenakan almarhum menderita depresi jiwa, takut akan menganggu tetangga dan masyarakat.
Selama kurang lebih 4 hari dirawat inap di RSJ,ayah almarhum pada hari Jumat (25/4/25) siang sekitar pukul 14.00 WIB sempat melakukan video call melalui ponsel security. Saat itu, almarhum terlihat masih sehat dan sadar, seperti orang normal,”ungkap Fiil.
Namun, sambung Fiil mulai dirasakan keluarga kami ada keganjalan yaitu pada sore harinya,dimana sekitar pukul 17.30 WIB ibu kami datang membesuk almarhum dengan membawa makan berupa sate.Namun untuk kali ini tanpa alasan ibu kami tidak diizinkan oleh security untuk dapat memberikan langsung makanan yang dibawanya kepada almarhum. Lalu makanan tersebut dititipkan ibu kami kepada security.
Padahal sebelumnya kami diperbolehkan untuk bertemu dengan almarhum,akan tetapi tiba-tiba sore itu tidak diizinkan untuk bertemu almarhum.
Karena tidak bisa bertemu dengan anaknya,lalu ibu kami pun pulang kerumah,belum habis rasa kecewa dihatinya,tiba – tiba sekitar pukul 19.00 WIB, pihak RSJ mengabari pihak salah satu keluarga kami untuk segera datang ke rumah sakit.
Sesampainya di RSJ sekitar pukul 19.20 WIB, lalu pihak rumah sakit memberitahukan orang tua kami bahwa N sudah meninggal dunia.Mendapat kabar tersebut sontak kedua orang tua kami kaget dan menangis histeris karena tak perrcaya bahwa anaknya meninggal.,”ucap Fiil.
Lebih lanjut Fiil menuturkan pihak RSJ memberitahu bahwa almahum AN meninggal karena gantung diri,tentu kami selaku keluarga tidak menerima begitu saja keterangan yang diberikan RSJ.
Merasa ada kejanggalan atas meninggalnya almarhum N,selanjutnya kami dari pihak keluarga meminta keterlibatan kepolisian. Melalui koordinasi dengan pihak rumah sakit, Polresta Pekanbaru bersama Polsek Tampan kemudian jenazah almarhum N dibawa ke RS Bhayangkara untuk dilakukan autopsi.”jelasnya
Meskipun sambung Fiil keterangan hasil autopsi menyatakan almarhum N meninggal karena gantung diri,namun kami menduga ada kelalaian dari pihak RSJ sehingga almarhum N mengakhir hidupnya dengan bunuh diri.
Ditambahkan Fiil berdasarkan rekaman CCTV yang ditunjukan Kepolisian kepada kami terlihat almarhum N berupaya percobaan melakukan bunuh diri sebanyak dua kali.
Dari pantauan CCTV terlihat percobaan pertama dilakukan almarhum N pada hari Jumat (25/4) pada pukul 17.46 WIB namun gagal, karena alat yang digunakan untuk bunuh diri berupa kain atau baju yang dipakai korban melorot.
Karena tidak berhasil yang pertama,kemudiaan sekitar pukul 17.48 WIB almarhum N mengulang kembali untuk melakukan bunuh diri. terlihat di CCTV tersebut almarhum sedang mengikatkan baju lengan panjang ke jendela,selanjutnya pada pukul 17.50 WIB terlihat melilitkan baju tersebut keleher lalu turun dan menggantung.
Dilihat di CCTV pada pukul 17.52 WIB almarhum yang sudah posisi tergantung namun masih bergerak.dan almarhum baru diketahui meninggal gantung diri oleh 3 orang petugas pada pukul 17.58 WIB,’ungkap Fiil.
Meninggalnya adik kami,ucap Fiil mungkin sudah takdirnya, namun yang menjadi keberatan kami dari pihak keluarga adalah, dimana petugas yang jaga diduga melakukan kelalaian.
Kami ingat betul apa yang di ucapkan petugas di RSJ bahwa mereka mengatakan menjamin keamanan dan pengawasan pasien selama 24 jam melalui CCTV.
Selain itu keberatan kami lainnya, yaitu adanya dugaan kelalaian petugas, dimana dari percobaan pertama dipukul 17.46 WIB ke percobaan kedua 17.58 WIB, ada lebih kurang 14 menit yang patut kami pertanyakan kepada petugas dan dimana para petugas tersebut karena kamar korban pas didepan ruang jaga petugas.
Yang tidak habis pikir kami,kata Fiil kenapa pasien depresi diberikan baju panjang lengan,apakah ada di SOP menghadapi pasien depresi boleh memberikan baju lengan panjang,”ujarnya.
Yang lebih disayangi sambung Fiil, kalau malam itu mereka (petugas) mau menyerahkan CCTV nya ke pihak Kepolisian untuk melihat kejadian sebenarnya, mungkin kami tidak mau untuk mengotopsi adik kami tersebut, dibelah-belah badannya, kepala dan yang lainnya.
"Berdasarkan hal yang kami sampaikan tadi, kami menilai adanya dugaan kelalaian petugas terhadap pasien, dan inilah yang ingin kami pertanyakan serta meminta keadilan", tegas Fiil ***Vol(Mp)