Waja Sampai Kaputing Meriahnya HPN 2025 di Banjarmasin

Kamis, 13 Februari 2025 | 22:17:12 WIB
Irwan Effendi Siregar

TanahIndonesia.id - Setelah transit selama 10 jam di Bandara Soekarno-Hatta, pesawat Citilink yang kami tumpangi akhirnya menembus gelapnya malam menuju Banjarmasin. Terdapat perbedaan waktu satu jam dengan Indonesia bagian barat, sehingga saat kami tiba, malam terasa semakin larut.

Ini adalah kali kedua saya mengunjungi kota dengan motto "Waja Sampai Kaputing". Ungkapan ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah semboyan penuh patriotisme yang berarti tekad yang tak tergoyahkan hingga akhir.

Lima tahun lalu, saya juga menginjakkan kaki di ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan ini untuk acara yang sama: peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2020. Saat itu, saya merasa bangga karena tulisan saya dimuat dalam sebuah buku yang diterbitkan panitia. Rasanya sangat menggembirakan bisa bepergian ribuan kilometer dari Pekanbaru tanpa harus mengeluarkan biaya, bahkan mendapatkan uang saku meski tidak seberapa.

Namun, ada sedikit rasa kecewa yang terselip ketika penghargaan Pers Card Number One (PCNO) diberikan kepada wartawan dari berbagai daerah. Dari Riau, ada lima orang penerima penghargaan tersebut. Hati saya teriris karena meski saya telah mengisi formulir untuk mendapatkan penghargaan itu, yang terpilih justru teman-teman yang lebih junior, baik dari segi usia, pengalaman, maupun prestasi jurnalistik.

Kekecewaan yang Terobati

Setelah bertahun-tahun menyimpan kekecewaan itu, akhirnya luka itu terobati pada peringatan HPN 2025. Plt PWI Riau mengambil inisiatif untuk mengajukan nama-nama wartawan senior dari Riau yang layak menerima PCNO. Prosesnya pun sangat selektif; nama-nama yang diajukan adalah mereka yang sudah lama berkecimpung di dunia kewartawanan.

Panitia pusat akhirnya memilih enam orang dari Riau, jumlah yang cukup besar mengingat total penerima dari seluruh Indonesia hanya 18 orang. Mereka adalah: Tun Ahyar, Fahrunnas MA Jabbar, Irwan E. Siregar, Luzi Diamanda, Eka PN, dan Satria Batubara.

Pemilihan keenam "jawara" di bidang pers ini pun berlangsung objektif, jauh dari unsur suka atau tidak suka yang sering terjadi sebelumnya. Tak diragukan lagi, kiprah jurnalistik mereka telah teruji, dan mereka juga memenuhi salah satu syarat utama penerima PCNO, yaitu menulis dan menerbitkan buku.

HPN 2025 Meriah di Tengah Dualisme

Pemberian kartu pers nomor satu ini hanya satu bagian dari pesta besar kaum jurnalis di Banjarmasin. Meski PWI tengah menghadapi dualisme kepemimpinan, hal itu tak mengurangi kemeriahan HPN 2025.

Puluhan pengurus PWI dan ribuan anggota dari berbagai daerah memadati kota ini. Acara semakin bergengsi dengan kehadiran tokoh pers nasional, Dahlan Iskan, yang selama beberapa hari memberikan pencerahan di berbagai kegiatan.

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, turut serta, hadir sejak malam Gala Dinner hingga puncak acara di halaman Kantor Gubernur Kalimantan Selatan. Menteri Zulkifli Hasan berbicara dalam seminar Ketahanan Pangan, sementara Ketua MPR Ahmad Muzani juga ikut meramaikan perhelatan ini.

Berbagai pesan bernas disampaikan oleh Dahlan Iskan, Fadli Zon, Zulkifli Hasan, Ahmad Muzani, serta pejabat daerah lainnya. Sayangnya, kemeriahan ini sedikit terusik oleh kelompok yang berseberangan, yang menggelar acara serupa di Pekanbaru—seolah menjadi tandingan.

Namun, Ketua PWI Pusat, Hendri Ch Bangun, menegaskan bahwa acara di Pekanbaru bersifat lokal. Setiap provinsi diperbolehkan untuk mengadakan perayaan HPN di wilayah masing-masing.

Salut untuk Bung Hendri Ch Bangun, Ketua Panitia Pelaksana Raja Parlindungan Pane, serta seluruh jajaran panitia. Dengan semangat pantang menyerah, sejalan dengan motto "Waja Sampai Kaputing", perhelatan besar ini pun berlangsung sukses dan meriah. **

Terkini