PEKANBARU, TanahIndonesia.id - Sosok Ahmad Syifa Ul Huda, S.Pd., seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) biasa di Dinas Pendidikan Provinsi Riau, belakangan menjadi perbincangan publik. Ia dikenal karena sikap beraninya yang selalu tampil di garis depan setiap kali terjadi aksi demonstrasi di kantor Disdik Riau.
Meski bukan pejabat utama apalagi pihak yang menjadi objek tuntutan para demonstran, Syifa tak pernah absen keluar menemui massa aksi. Ia berdiri di hadapan pengunjuk rasa —baik dari kalangan mahasiswa maupun LSM— dengan sikap tenang dan sabar, membuka ruang dialog, dan menerima aspirasi yang disuarakan.
Padahal, nama Ahmad Syifa tak pernah disebut dalam poster, spanduk, maupun orasi para pendemo. Namun, keberaniannya “pasang badan” di tengah gejolak aksi, justru membuatnya menjadi sorotan.
Sikapnya itu dinilai mencerminkan integritas dan keteladanan yang langka di kalangan birokrasi saat ini.
Menurut keterangan sejumlah aktivis mahasiswa, kehadiran Syifa yang pasang badan dan menjadi 'perisai' para pejabat Disdik Riau dalam setiap momentum aksi demo tersebut, bukanlah upaya mencari panggung. Ia dianggap tulus menjalankan tugas sebagai ASN yang memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat.
"Kesan yang kami tangkap, beliau hadir bukan untuk pencitraan. Tapi karena kesadaran bahwa ASN adalah pelayan publik yang tidak boleh bersembunyi saat rakyat bersuara," ujar salah seorang koordinator aksi mahasiswa.
Pernyataan itu diamini banyak pihak. Bahkan sejumlah tokoh masyarakat, pengamat kebijakan publik, hingga organisasi mahasiswa menyuarakan harapan agar pemerintah memberi apresiasi lebih terhadap sosok seperti Syifa.
"Orang yang berani hadir di tengah badai adalah orang yang layak memimpin kapal. Kami percaya sosok seperti Ahmad Syifa layak diberi amanah lebih besar," ungkap pernyataan resmi dari Aliansi Mahasiswa Riau.
Kehadiran Syifa dalam setiap aksi demo telah menjadi semacam simbol keteguhan hati dan komitmen pelayanan publik. Ia tak hanya mewakili institusinya, tetapi juga membawa pesan bahwa birokrasi seharusnya tidak antikritik.
Sikap terbuka, komunikatif, dan bertanggung jawab yang ia tunjukkan dinilai sebagai bentuk kepemimpinan yang layak diteladani. Tak sedikit pihak yang menyuarakan agar ia diberi tanggung jawab lebih besar, bahkan diusulkan untuk mengisi posisi strategis di lingkungan Dinas Pendidikan.
"Dalam birokrasi yang sering ditandai sikap abai dan menghindar, keberanian Syifa adalah embun yang menyegarkan kepercayaan publik. Ini momentum untuk memberi apresiasi nyata, bukan sekadar pujian," demikian pernyataan Aliansi Mahasiswa Riau dalam rilisnya seperti dikutip bertuah. com
Tukang Semir Jadi ASN
Dalam pada itu, dari hasil konfirmasi dan wawancara singkat media ini dengan Ahmad Syifa Ul Huda, Minggu (13/7/2025) diketahui pria kelahiran Pekanbaru para 2 Desember 1980 yang saat ini menjabat Penelaah Teknis Kebijakan pada Subbag Umum dan Kepegawaian Disdik Provinsi Riau adalah alumni Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur tahun 1999.
Ia tak menampik kehadiran dan keberanian dirinya selalu tampil mewakili Disdik Riau dalam menghadapi aksi demo dari kalangan masyarakat karena merasa terpanggil dan punya tanggung moral sebagai ASN yang merupakan pelayan publik.
"ASN itu adalah abdi negara yang sekaligus abdi masyarakat. Sebagai pelayan publik, maka sudah semestinya kita melayani keinginan dan harapan masyarakat lewat aspirasi yang disuarakan. Aspirasi itu kan tidak hanya kritik dan tuntutan, tapi juga berisi informasi dan saran yang juga kita perlukan.
Jadi, sebagai ASN tidak ada alasan untuk takut dan menghindar, hadapi saja dan respons dengan dialog," paparnya.
Ahmad Syifa mengaku hal itu dilakukan juga sebagai bentuk rasa syukurnya karena akhirnya bisa menjadi ASN dan meniti karir sebagai pejabat di Disdik Riau. Sesuatu yang tidak disangka dan terbayangkan sebelumnya akan dicapai.
Perjalanan hidupnya tidak mudah. Hal ini mengingat latar belakang kehidupannya yang berasal dari keluarga ekonomi lemah dan tumbuh besar di lingkungan yang rawan masalah.
"Saya anak seorang pedagang kaki lima di salah satu pasar Kota Pekanbaru yang dikenal sebagai daerah kumuh dan hitam karena jadi sarang penyamun, narkoba dan sebagainya.
Qadarullah... ternyata anak orang susah dan dari lingkungan buruk seperti saya bisa jadi ASN dan pejabat," ungkap Syifa, panggilan akrabnya.
Ia menyebut karena agar bisa sekolah dan meringankan beban orang tua, dari sejak SD sudah mulai cari uang sendiri dengan menjadi tukang semir sepatu di Pasar Pusat Sukaramai. Khawatir akan terpengaruh dengan pergaulan dan kehidupan di pasar yang keras dan negatif, ia kemudian dimasukkan ke pondok pesantren oleh orangtuanya.
"Saya masuk Pondok Gontor dan menyelesaikan pendidikan dengan baik, kemudian melanjutkan kuliah dan meraih gelar sarjana pendidikan. Alhamdulillah, saat ada lowongan penerimaan ASN saya diterima.
Saya merasa seperti dapat hidayah dan karenanya saya berupaya sebaik-baiknya dan amanah dalam meniti karir dan mengemban jabatan yang dipercayakan," tutur Syifa.
Kini, sambil menjalankan tugasnya di Disdik Riau, Syifa juga tengah menyelesaikan studi pascasarjana di Program Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Islam Riau (UIR).**