Pasien Gantung Diri di RSJ Tampan, Keluarga Korban Diduga Ada Kelalaian Rumah Sakit

Kamis, 01 Mei 2025 | 21:16:56 WIB

PEKANBARU, TanahIndonesia.id - Dalam beberapa hari ini,Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan  menjadi sorotan masyarakat di Pekanbaru.

Pasalnya AN (19)  salah satu pasien RSJ Tampan  ditemukan meninggal  diduga bunuh diri yang terjadi pada hari Pada Jumat (25/4/25)

Fiil Kunto salah satu keluarga almarhum N saat ditemuai sejumlah awak media di Polresta Pekanbaru,menjelaskan dimana sebelumnya almarhum AN dibawa orang tuanya ke Rumah Sakit Jiwa  (RSJ) Tampan pada Senin (21/4/2025), untuk berobat karenakan almarhum menderita depresi jiwa, takut akan menganggu tetangga dan masyarakat.

Selama kurang lebih 4 hari dirawat inap di RSJ,ayah almarhum pada hari  Jumat (25/4/25) siang sekitar pukul 14.00 WIB sempat melakukan video call melalui ponsel security. Saat itu, almarhum terlihat masih  sehat dan sadar, seperti orang normal,”ungkap Fiil.

Namun, sambung Fiil mulai dirasakan keluarga kami ada keganjalan yaitu pada sore harinya,dimana sekitar pukul 17.30 WIB ibu kami datang membesuk almarhum dengan membawa makan berupa sate.Namun untuk kali ini  tanpa alasan ibu kami  tidak diizinkan oleh security untuk dapat memberikan langsung makanan yang dibawanya kepada almarhum. Lalu makanan tersebut dititipkan ibu kami kepada security. 

Padahal sebelumnya kami diperbolehkan untuk bertemu dengan almarhum,akan tetapi  tiba-tiba sore itu tidak diizinkan untuk bertemu almarhum.

Karena tidak bisa bertemu dengan anaknya,lalu ibu kami pun pulang kerumah,belum habis rasa kecewa dihatinya,tiba – tiba sekitar pukul 19.00 WIB, pihak RSJ mengabari pihak salah satu keluarga kami untuk segera datang ke rumah sakit.

Sesampainya di RSJ sekitar pukul 19.20 WIB, lalu pihak rumah sakit memberitahukan orang tua kami bahwa N sudah meninggal dunia.Mendapat kabar tersebut sontak kedua orang tua kami kaget dan menangis histeris karena tak perrcaya bahwa anaknya meninggal.,”ucap Fiil.

Lebih lanjut Fiil menuturkan  pihak RSJ memberitahu bahwa almahum AN meninggal karena gantung diri,tentu kami selaku keluarga  tidak menerima begitu saja keterangan yang diberikan RSJ.

Merasa ada kejanggalan atas meninggalnya  almarhum N,selanjutnya kami dari pihak keluarga meminta keterlibatan kepolisian. Melalui koordinasi dengan pihak rumah sakit, Polresta Pekanbaru bersama Polsek Tampan kemudian  jenazah almarhum N dibawa ke  RS Bhayangkara untuk dilakukan autopsi.”jelasnya

Meskipun sambung Fiil keterangan  hasil autopsi menyatakan almarhum N meninggal karena gantung diri,namun kami menduga ada kelalaian dari pihak RSJ sehingga almarhum N mengakhir hidupnya dengan bunuh diri.

Ditambahkan Fiil  berdasarkan rekaman CCTV yang ditunjukan Kepolisian kepada kami terlihat almarhum N berupaya percobaan melakukan bunuh diri sebanyak dua kali.

Dari pantauan CCTV terlihat percobaan pertama dilakukan  almarhum N pada hari Jumat (25/4) pada pukul 17.46 WIB namun gagal, karena alat yang digunakan untuk bunuh diri berupa kain atau baju yang dipakai korban melorot.

Karena tidak berhasil yang pertama,kemudiaan  sekitar pukul 17.48 WIB almarhum N mengulang kembali untuk melakukan bunuh diri. terlihat di CCTV tersebut almarhum  sedang mengikatkan baju lengan panjang ke jendela,selanjutnya pada pukul 17.50 WIB terlihat melilitkan baju tersebut keleher lalu turun dan menggantung.

Dilihat di CCTV  pada pukul 17.52 WIB almarhum yang sudah posisi tergantung namun masih bergerak.dan almarhum baru diketahui meninggal gantung diri oleh 3 orang petugas pada pukul 17.58 WIB,’ungkap Fiil.

Meninggalnya adik kami,ucap Fiil  mungkin sudah takdirnya, namun  yang menjadi keberatan kami dari pihak keluarga adalah, dimana petugas yang jaga diduga melakukan kelalaian.

Kami ingat betul apa yang di ucapkan petugas di RSJ bahwa mereka mengatakan  menjamin keamanan dan pengawasan pasien selama  24 jam melalui CCTV. 

Selain itu keberatan kami lainnya, yaitu adanya dugaan kelalaian petugas, dimana dari percobaan pertama dipukul 17.46 WIB ke percobaan kedua 17.58 WIB, ada lebih kurang 14 menit yang patut kami pertanyakan kepada petugas dan dimana para petugas tersebut karena kamar korban pas didepan ruang jaga petugas.

Yang tidak habis pikir kami,kata Fiil  kenapa pasien depresi diberikan baju panjang lengan,apakah ada di SOP menghadapi pasien depresi boleh memberikan baju lengan panjang,”ujarnya.

Yang lebih disayangi sambung Fiil, kalau malam itu mereka (petugas) mau menyerahkan CCTV nya ke pihak Kepolisian untuk melihat kejadian sebenarnya, mungkin kami tidak mau untuk mengotopsi adik kami tersebut, dibelah-belah badannya, kepala dan yang lainnya.

"Berdasarkan hal yang kami sampaikan tadi, kami menilai adanya dugaan kelalaian petugas terhadap pasien, dan inilah yang ingin kami pertanyakan serta meminta keadilan", tegas Fiil ***Vol(Mp)

Terkini